6 Mitos dan Fakta Mengenai Garam yang Perlu Bunda Ketahui

Garam adalah sumber daya alam yang dapat ditemukan di mana-mana. Garam membuat makanan terasa lebih enak dan bisa dibeli dengan harga yang cukup murah. Tetapi seperti banyak hal lain, terlalu banyak mengkonsumsi garam tentu tidak baik, terutama untuk kesehatan kita.

Garam sendiri seringkali disebut sebagai pemicu beberapa penyakit mematikan seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Makanya khasiat garam seringkali dibicarakan dalam pesan kesehatan dan media. Meski begitu, tidak semua pemberitaan mengenai garam di media tersebut bisa Bunda percaya.

Nah, agar Bunda tidak keliru mengenai manfaat garam dan efek sampingnya, berikut adalah beberapa mitos dan fakta populer mengenai garam yang perlu Bunda ketahui kebenarannya.

Mitos dan fakta seputar garam yang harus diketahui

Mitos dan Fakta Tentang Garam

1. Semua garam berbahaya dan tidak boleh dikonsumsi sama sekali

Makan terlalu banyak garam dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, yang terkait dengan kondisi seperti gagal jantung dan serangan jantung, masalah ginjal, retensi cairan, stroke dan osteoporosis. Karena itulah banyak yang menyarankan untuk tidak mengkonsumsi garam sama sekali, padahal hal ini kurang tepat karena garam adalah salah satu nutrisi penting bagi tubuh manusia.

Tubuh menggunakan garam untuk menyeimbangkan cairan dalam darah dan menjaga tekanan darah yang sehat. Hal ini penting untuk menjaga fungsi saraf dan otot. Jadi tidak apa-apa bila Bunda mengkonsumsi garam selama hal tersebut tidak berlebihan.

berdasarkan Australian Dietary Guidelines, jumlah konsumsi garam harian yang direkomendasikan untuk orang dewasa adalah kurang dari 5 gram garam sehari, atau sekitar satu sendok teh. Untuk membantu Bunda melacak berapa banyak garam yang dimakan, Bunda dapat melihat label makanan dan mencari kadar 'natrium' pada makanan atau minuman tersebut.

Cobalah untuk memilih produk yang memiliki kurang dari 120 mg sodium per 100 gram makanan. Bunda harus menargetkan maksimum 2000 mg natrium sehari.

2. Beberapa orang memiliki selera asin yang lebih tinggi dibanding orang lainnya

Beda kebiasaan makannya, beda pula cara lidah kita dalam mencerna sebuah rasa, seperti rasa asin dari garam. Sebagai contoh, lidah orang Indonesia yang terbiasa dengan makanan yang jauh lebih asin tentu berbeda dengan lidah orang Jepang yang kebanyakan lebih terbiasa dengan makanan yang lebih hambar.

Beberapa orang berpikir bahwa akan sulit untuk mengurangi asupan garam karena lidah mereka memiliki selera rasa asin yang lebih tinggi. Padahal hal ini hanya faktor kebiasaan saja yang dapat dilatih seiring waktu.

Bila Bunda ingin mengurangi ketergantungan terhadap garam, berikut adalah beberapa hal yang bisa Bunda lakukan.

  • Tidak memakan makanan olahan yang cenderung memiliki kadar garam yang lebih tinggi
  • Memilih makanan dengan label 'Tanpa Tambahan Garam', 'Rendah Garam', dan semacamnya.
  • Memilih makanan yang mengandung lebih sedikit kandungan natrium
  • Mengganti asupan daging dengan ikan
  • Menghindari saus/saos yang mungkin tidak Bunda sangka mengandung garam dalam jumlah tinggi
  • Menggunakan bumbu masakan alami tanpa MSG

3. Garam pink (Himalayan salt) lebih baik dari garam lainnya

Bunda mungkin pernah melihat beberapa jenis garam yang diiklankan memiliki manfaat kesehatan ekstra yang tidak dimiliki garam meja biasa, seperti mengandung mineral yang baik untuk tubuh. Namun banyak peneliti yang membantah klaim kesehatan semacam ini, karena ternyata mineral yang ditemukan dalam garam seperti Garam Himalaya seringkali hanya ada dalam jumlah yang sangat kecil.

Klaim yang menyebutkan garam himalaya lebih sehat merupakan salah satu mitos yang beredar luas di masyarakat

Garam Himalaya, garam laut, garam batu, garam hitam, garam merah muda, garam unicorn, semuanya memiliki komposisi utama yang serupa dan sama-sama masih memiliki rasa asin. Meningkatkan asupan garam untuk mencoba dan mendapatkan manfaat dari mineral yang diiklankan mungkin membuat Bunda mengonsumsi terlalu banyak garam, dan malah meningkatkan risiko penyakit Bunda.

Jika Bunda ingin mencari cara yang bagus untuk mendapatkan mineral sehat dan nutrisi lain dalam menu makanan Bunda, buah-buahan dan sayuran adalah sumber yang lebih bagus.

4. Makanan yang mengandung garam pasti terasa asin

Hal ini memang benar karena rasa garam yang asin tentu membuat makanan dan minuman yang mengandung garam ikut-ikutan memiliki rasa asin. Namun bebrapa makanan yang memiliki kandungan garam tinggi ternyata tidak selalu memiliki rasa asin. Sebagai contoh, banyak makanan dalam kemasan yang mengandung banyak garam juga memiliki bahan lain yang mengimbangi rasa asin tersebut, sehingga rasa asin dari garam tidak terlalu terasa dan tersembunyi di dalam makanan.

Selain pada makanan dan minuman kemasan, garam juga tidak terlalu terdeteksi pada makanan seperti roti, biskuit, puding, keju, sayuran dalam kaleng, saus tomat, hingga berbagai makanan beku.

5. Makan atau minum lebih banyak asupan garam setelah berolahraga

Garam keluar dari tubuh dalam dua cara – melalui urin dan melalui keringat – tetapi itu tidak berarti Bunda perlu menambahkan garam ekstra ke makanan atau minuman Bunda setiap kali Bunda berkeringat.

Beberapa produk, seperti minuman olahraga, diiklankan sebagai cara yang baik untuk mengganti garam yang hilang setelah berolahraga. Dalam keadaan biasa, minuman olahraga yang mengandung elektrolit tidak diperlukan untuk rehidrasi – proses penggantian cairan dan garam yang hilang. Air keran dan mengonsumsi makanan sehat akan membantu mengganti nutrisi yang hilang setelah Bunda beraktivitas.

Minuman olahraga atau isotonik dapat digunakan untuk rehidrasi jika Bunda melakukan olahraga dengan intensitas berat atau dalam jangka waktu lama. Jika Bunda berpikir untuk memulai rutinitas olahraga yang baru dan lebih berat dan bertanya-tanya tentang cara rehidrasi dengan benar, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter tentang bagaimana hal ini dapat memengaruhi kesehatan dan kebutuhan diet Bunda.

6. Tekanan darah tinggi akibat garam dapat diketahui dengan mudah

Lebih dari 30% orang dewasa yang memiliki tekanan darah tinggi ternyata hampir setengahnya tidak menyadarinya atu mengetahui penyebabnya.

Kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi tidak menunjukkan gejala apa pun, jadi penting untuk memeriksakan tekanan darah Bunda secara teratur. Jika Bunda memiliki tekanan darah tinggi, Bunda dapat mengatasinya dengan cara mengurangi garam, melakukan aktivitas fisik secara teratur, mengurangi asupan alkohol, berhenti merokok, mengelola stres dengan baik, hingga memakan makanan yang baik untuk menurunkan tekanan darah tinggi.


Itulah dia beberapa mitos dan fakta seputar garam yang beredar di internet. Meski tidak sepenuhnya salah, ada beberapa penjelasan lebih lanjut mengapa garam bisa menyebabkan efek samping pada tubuh manusia. Jadi jika Bunda sering mengkonsumsi garam, yuk menguranginya sedikit demi sedikit untuk menjaga kesehatan Bunda.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama